Menurut sejarah, maka tokoh Paulus alias Saulus ini muncul
kira-kira tahun 38 M. Ada pula yang mengatakan tahun 80 M,
tetapi saya kira yang jelas ia ada hidup di zaman Yesus,
paling tidak ia seangkatan dengan murid-murid Yesus. Paulus
adalah anak didik Gamalied, seorang guru yang termasyhur,
akhli Taurat dan Falsafah. Ibu Paulus adalah orang Yunani,
dan ayahnya orang Yahudi, sehingga pelajaran agama yang
diperolehnya adalah gabungan daripada kepercayaan Yahwe dan
Helenisme. Dari percampuran darah Yahudi dan Yunani, yaitu
darah Pandai dan darah Berpikir (Kita mengetahui bukan bahwa
orang-orang Yahudi terkenal kepandaian dan penemuan-penemuan
ilmiahnya, dan Yunani kita kenal pula telah melahirkan
tokoh-tokoh falsafah yang agung-agung), maka Paulus memang
luar biasa sekali. Otaknya cerdas luar biasa, dapat kita
saksikan nanti dalam surat-surat kirimannya. Ia bahkan
dengan gemilang, sekalipun mendapatkan tantangan yang bukan
sedikit berhasil menyatukan alam pikiran orang-orang Gerika,
Alexandria, Gybelle dan Yahudi, yang kemudiannya merupakan
suatu kekuatan yang luar biasa. Terdorong oleh ibunyalah
barangkali makanya ia berkeras hati ingin mengabarkan Injil
kepada orang orang kafir (Gerika maksudnya), dan terdorong
oleh kebenciannya kepada sang ayah yang menurut penyelidikan
sejarah tidak pernah mencintai Paulus, maka ia sangat
memusuhi ayahnya, bahkan bangsa dan agama ayahnya. Kitapun
dapat membaca nanti dalam surat-surat kirimannya, betapa ia
mencuci bersih-bersih orang-orang Yahudi, bahkan sampai
kepada Tauratnya sekalipun.
PRIBADINYA
Mengenai sukubangsanya, ia Paulus sendiri memberikan iawaban
sebagai berikut:
1. Ia adalah orang Rum, dalam keterangannya kepada orang
Rum.
2. Ia adalah orang Yahudi, dalam keterangannya kepada orang
Yahudi.
3. Ia adalah orang Parisi, dalam keterangannya kepada orang
Parisi.
Menurut definisi ilmu jiwa, maka bila saja seseorang
memberikan dua buah keterangan, dan kedua-duanya tidak sama,
artinya manusia itu tengah berdusta. Paulus saya kira
menyedari dustanya ini, sebab dikemudian hari ia bahkan
menekankan kepada pengikut-pengikutnya untuk berbuat
demikian seperti katanya dalam Korintus I: 9:21: yang
bunyinya, berbuatlah seperti Yahudi dihadapan orang Yahudi,
dan berbuatlah seperti Gerika dihadapan orang-orang Gerika.
Ia kemudian dengan sombongnya mengatakan: Bila dustaku ini
melimpahkan kepada kemuliaan Allah, adakah aku ini masih
akan dihukumkan pula?
Pribadi Paulus telah kita kenal. Ia bukan saja ahlhi putar
balik yang baik, tetapi iapun seorang yang keras kepala. Ia
dengan bangganya pula menulis, bahwa ia tidak mau tunduk
kepada suatu hukum apapun dan begitulah katanya, bahwa
segala sesuatu halal baginya, meskipun segala sesuatunya itu
belum tentu berfaedah. Keterangan dustanya ini
berlarut-larut terus, sehingga kita dapatkan pula nanti,
pada waktu ia menerima "panggilan Ilhami," menurut
keterangannya yang pertama, ia tidak menampak apa-apa,
menurut keterangan kedua ia melihat cahaya.
dan 22:9). Menurut keterangannya yang
pertama pula ia sendiri saja yang mendengarkan suara itu,
menurut keterangannya yang kedua, katanya kami semuanya
mendengarkan. menurut
keterangannya yang pertama pula ia mengatakan bahwa ia
sendiri yang jatuh, menurut keterangan yang kedua ia
mengatakan "kami semuanya rebah." Lho, dia buta, tetapi ia
dapat melihat dengan jelas kawan-kawannya pada jatuh,
pelik kan?