iklan

Jom..lepak di sini!!!.....

Ahad, 17 Mac 2013

Keteguhan Iman Siti Hajar

Bagaimana Siti Hajar begitu yakin dengan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya. Padahal, Isma’il a.s. laksana buah hati belahan jiwa, baginya. Ibrahim a.s. dan Siti Hajar baru mendapatkan sang putra dalam usia yang tidak lagi muda. Setelah mendapatkan dambaan hatinya, Isma’il a.s., justru Allah memerintahkan keduanya untuk menyembelihnya. Luar biasa kegundahan jiwa Ibrahim dan istrinya ketika itu. Siti Hajar digoda, setelah setan gagal menggoda Ibrahim a.s. dan Isma’il a.s. Setan seolah berbisik, “Tidakkah kamu sayang kepada anakmu yang kamu bela berlari dari (bukit) Shafa dan Marwah untuk mencari air minum!” Atau, setan membisikkan, “Kamu seorang ibu yang tega membiarkan bapaknya yang tidak ikut merawat sejak bayi, tapi justru (akan) menyembelihnya ketika anak itu beranjak remaja.” (Fathurrofiq,Seandainya Siti Hajar memrotes tindakan yang akan dilaksanakan Ibrahim a.s., besar kemungkinan Ibrahim a.s. akan mengurungkan niatannya. Namun ternyata keimanan Siti Hajar begitu tangguh. Ia tidak sama sekali terbawa oleh bujukan setan. Ia kemudian mengumpulkan beberapa kerikil dan melemparkannya kepada setan. Itu sebagai pertanda akan ketaatan pada Tuhan dan upaya untuk mengindarkan diri dari godaan setan. Prosesi melempar setan yang dilakukan Ibrahim a.s., Isma’il a.s., dan Siti Hajar, diabadikan dalam syariat haji. Syariat itu yang dikenal dengan istilah melempar jumrah (ram’yu al-jumrah). Seorang ibu, selain harus taat kepada Allah, juga harus menanamkan ketauhidan kepada anaknya. Dengan tauhid, sang anak mengerti hakikat penciptaannya di dunia. Ia diciptakan tiada lain hanyalah untuk mengabdi kepada Allah SWT . Segala kebaikan yang dilakukan di dunia, termasuk berbakti kepada orang tua, adalah manifestasi dari pengabdian kepada Allah. Hal itu karena berbakti kepada orang tua adalah perintah Allah SWT dalam kitab suci-Nya

Tiada ulasan:

Catat Ulasan