iklan

Jom..lepak di sini!!!.....

Ahad, 20 Januari 2013

Utamakan kelembutan

Maraknya aksi kekerasan belakangan ini mengundang keprihatinan kita bersama. Hampir tiap hari kita disuguhi berbagai kabar tindak kekerasan, baik itu berbentuk penyerangan, pengeroyokan, tawuran, maupun tindakan anarkistis lainnya. Pelakunya pun cukup beragam dilihat dari usia dan jabatannya. Banyak orang pun bertanya, ada apa dengan karakter masyarakat kita ini. Bukankah dulu kita berbangga karena dikenal bangsa lain sebagai bangsa yang santun, lembut, dan ramah? Lantas, ke mana semua sifat mulia itu sekarang ini? Al-Quran sebagai pedoman hidup kita, mengajarkan bagaimana menghadapi persoalan. Sebagaimana firman Allah: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ “Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”[QS Âli ‘Imrân, 3: 159]. Lewat ayat ini Allah mengingatkan kita agar mengedepankan sikap lemah lembut dan menjauhi kekasaran atau kekerasan seperti tecermin dari sikap yang dimiliki (oleh) Rasulullah s.a.w.. Kita juga diajarkan untuk suka memaafkan kesalahan orang lain sekaligus memintakan ampun atas dosa dan kesalahannya. Dan, jangan lupa untuk mengedepankan sikap musyawarah, diskusi, dan dialog dengan santun menghadapi berbagai persoalan, bukan demonstrasi anarkistis, teror, dan menebar ancaman. Selanjutnya, kita diminta bertawakal setelah membulatkan tekad karena Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. Kita juga perlu meneladani bagaimana Nabi kita membalas perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain. عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ دَخَلَ رَهْطٌ مِنَ الْيَهُودِ عَلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكُمْ قَالَتْ عَائِشَةُ فَفَهِمْتُهَا فَقُلْتُ وَعَلَيْكُمُ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ قَالَتْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَهْلاً يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ وَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ”. “Dari ‘Urwah bin Zubair bahwa ‘Aisyah r.a., isteri Nabi s.a.w., berkata, bahwa sekelompok orang Yahudi datang menemui Rasulullah s.a.w., mereka lalu berkata: “Assâmu ‘alaikum (semoga kecelakaan atasmu)”. ‘Aisyah berkata: “Saya memahaminya”, maka saya pun menjawab: “Wa’alaikum as-sâm wa al-la’nah (semoga kecelakaan dan laknat tertimpa atas kalian).” ‘Aisyah r.a. berkata, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tenanglah wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah mencintai sikap lemah lembut pada setiap perkara”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang telah mereka katakan?’” Rasulullah s.a.w. pun menjawab: ‘Saya telah menjawab: “’Wa’alaikum (dan semoga atas kalian juga).” (HR al-Bukhari) Perhatikanlah, bagaimana Nabi kita, walaupun didoakan dengan kejelekan, dan istrinya – ‘Aisyah — tidak rela untuk menerima perlakuan seperti itu, beliau tetap menasihati isterinya agar tetap menjaga kelembutan hati, tidak terpancing emosi, serta menghindari kekerasan (sikap kasar) dan pembalasan yang berlebihan. Nabi kita juga mengajarkan bagaimana menghadapi ‘kejahilan’ yang dilakukan seorang Badui yang mengencingi Masjid Nabi, seperti termaktub dalam kitab shahih Bukhari, dari Anas bin Malik r.a.: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى أَعْرَابِيًّا يَبُولُ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ دَعُوهُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ دَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ “Bahwa Nabi s.a.w. melihat seorang Arab Badui kencing di masjid, maka Rasulullah bersabda, “Biarkanlah [dia kencing sampai selesai].” Kemudian, setelah selesai, beliau meminta diambilkan air, lalu beliau menyiramnya.” Belajar dari peristiwa tersebut, marilah kita kedepankan sikap lemah lembut, ramah, santun, dan sabar dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Bukan dengan [cara] kekerasan dan pemaksaan kehendak.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan